Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Garis Waktu

Gambar
Menyayangimu Adalah Soal Keikhlasan  Karya : Fiersa Besari (Garis Waktu Hal 43-56) Aku ingat pertama kali melihatmu. Kau masuk ke dalam hidupku tanpa permisi, berputar bagai gasing di dalam pikiranku. Entah kau milik siapa, hatiku keras kepala. Ceritakanlah tentang harimu. Berbincanglah sampai salah satu dari kita tertidur. Aku tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah kode yang tersirat dalam kolom chat kita? Aku tidak mau berdrama, tapi aku tidak bisa mengeluarkanmu dari kepalaku. Aku tergila-gila hingga tak tahu lagi mesti berbuat apa. Ini semacam hasrat purba yang lebih tua dari manusia. Jika kau percaya akan 'jodoh', mungkin ini adalah contohnya. Dan aku tidak berbicara perihal parasmu, atau apa yang engkau punya. Ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa baik baik saja, entah apa. Kau selalu mampu membuatku jujur mengenai segala hal, kecuali satu; perasaanku. Andai saja aku mampu memberitahumu. Tapi, aku terlalu takut akan reak...

Puisi Karya Ws Rendra

Pamflet Cinta (Ws. Rendra-1978) Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. Memandang wajahmu dari segenap jurusan. Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Aku merindukan wajahmu, dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. Kampus telah diserbu mobil berlapis baja. Kata-kata telah dilawan dengan senjata. Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini. Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat. Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan Suatu malam aku mandi di lautan. Sepi menjdai kaca. Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit. Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada. Sepi menjadi kaca. Apa yang bisa dilakukan oleh penyair bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ? Udara penuh rasa curiga. Tegur sapa tanpa jaminan. Air lautan berkilat-kilat. Suara lautan adalah suara kesepian. Dan lalu muncul wajahmu. Kamu menjadi makna Makna menjadi hara...

Puisi Karya Sapardi Djoko Damono

Pada Suatu Saat Nanti (Sapardi Djoko Damono) Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari.

Puisi Karya Fiersa Besari

Tanpa Mula Tanpa Akhir  (Fiersa Besari) Aku senang wangimu Yang tertinggal, Di sela kalimat manis yang berpenggal-penggal, Di antara reruntuhan kenangan yang membatu, Wangimu, sayangku,adalah sebuah mesin waktu... Aku suka matamu yang coklat penuh hasrat, Membuat melangkah pergi darimu terasa sangat berat, Dengan mata itu kau memandang alam semesta, Dengan mata itu pula kau menjadikanku tak mampu berkata apa-apa. Aku benci senyummu yang dipenuhi zat adiktif, Sampai aku tak tahu lagi mana yang fakta, mana yang fiktif, Senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan, Membias jingga sebelum akhirnya menggiringku kekegelapan. Aku rindu sosokmu yang memberitahu aku bahwa Cinta terpendam, Adalah bahasa keheningan dengan hati yang saling menggenggam, Jadi, Apakah salah jika selalu namamu Yang terukir? Meski rasa ini tanpa nama,tanpa sebab, tanpa mula, tanpa akhir?

Puisi Karya Ws Rendra

Sajak Ibunda (Ws Rendra-1977) Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan. Istri adalah makanan utama. Pacar adalah lauk-pauk. Dan Ibu adalah pelengkap sempurna kenduri besar kehidupan. Wajahnya adalah langit senja kala. Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya. Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku. Mengingat ibu aku melihat janji baik kehidupan. Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia. Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta. Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku, aku pun ingat kamu juga punya ibu. Aku jabat tanganmu, aku peluk kamu di dalam persahabatan. Kita tidak ingin saling menyakitkan hati, agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing yang selalu, bagai bumi, air dan langit, membela kita dengan kewajaran. Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu. Demikian pula koruptor, tiran, fasis, wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli, mereka pun punya ibu. Macam manakah ibu mereka? Apakah ibu mereka bukan merpat...